Awalan Baru FC Barcelona

      1 Comment on Awalan Baru FC Barcelona

Setiap musim baru adalah sebuah langkah awal dalam perjalanan klub. Ada harapan, kegelisahan, antusiasme tinggi dan kadang rasa pesimis. Emosi yang timbul pada awal musim, sangat tergantung kepada kebijakan yang diambil oleh klub bersangkutan. Begitu pula dengan FC Barcelona.

Setidaknya sudah dipastikan tidak akan diperkuat oleh Carles Puyol dan Francesc Fabregas yang memutuskan hengkang, Barcelona kembali terancam kehilangan dua permata akademi La Masia mereka, Xavi Hernandez dan Victor Valdes. Xavi mendapat tawaran dari klub asal Qatar, sedangkan nasib Valdes terancam tanpa klub setelah AS Monaco batal mengontrak pemain berusia 32 tahun ini.

Dengan kemungkinan kepergian empat pemain yang perannya vital di Barcelona, cules seakan pesimis terhadap masa depan klub. Bagaimana tidak, baik Xavi, Valdes dan Puyol selama beberapa musim lalu telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam sejarah FCB. Kecuali Fabregas yang masih belum bisa membuktikan kapasitasnya di Barcelona.

Banyak yang beropini andai Xavi pergi, maka Barcelona akan terpuruk. Opini ini didasarkan kepada peranan Xavi sebagai “mesin” dan metronome permainan Barcelona. Semacam ketakutan permainan Barcelona akan hancur dan tidak karuan. Wajar, namun bukan hanya Xavi saja yang harus dikhawatirkan. Peranan Valdes dan Puyol pun tidak bisa disingkirkan begitu saja.

Terlepas dari alasan (kemungkinan) kepergian keempat pemain ini, namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kalau menurut Johan Cruyff, situasi Barca ini adalah “Advantage in disadvantage” atau yang berarti keuntungan dalam posisi kerugian. Wait, what?

Yeap. Anggap saja kondisi ini sebagai tombol reset untuk memulai lagi hal yang baru. Sebuah komposisi skuat dan permainan yang benar-benar baru dan segar. Sebuah awal dari era yang baru dan siklus baru. A brand new start.

Apakah ada resiko dalam awalan ini? Tentu saja. Setiap musim akan bergulir, selalu memiliki kans untuk hancur. Bukankah Barcelona sudah pernah merasakan hal tersebut? Musim lalu adalah contoh terdekat, dimana Barca mendapat suntikan pemain depan sekelas Neymar, namun akhirnya tidak mendapatkan satu piala major.

Tapi kan musim lalu bukan hanya kesalahan Neymar semata? Ya, tentu saja. Kegagalan musim lalu adalah kesalahan terorganisir. Disini lah Barcelona dihadapkan dengan sebuah titik krusial yang bisa mengubah jalannya klub untuk dua musim kedepan, mengingat tahun depan Barcelona tidak bisa aktif melakukan transfer. Sebuah momen yang menentukan “hidup-mati” Barcelona.

Pembelian yang tepat dan penjualan pemain yang tidak dibutuhkan sangat mutlak dilakukan saat ini. Ancaman hukuman FIFA harusnya menjadi cambuk berharga bagi blaugrana untuk lebih mempersiapkan skuat dengan efektif dan efisien. Efektif dalam artian tidak perlu berandai-andai dalam penugasan pemain (contoh kasus Song), dan efisien dari segi harga (contoh kasusnya terlalu banyak). Ini lah yang saya takuti. Kesalahan dalam mengambil keputusan oleh direksi lebih menakutkan dibanding film horor manapun.

Disini lah peran advisor lebih terlihat fungsinya. Melihat kebelakang, kesuksesan era presiden Joan Laporta tidak lepas dari nasihat-nasihat advisor klub, yang dalam hal ini Johan Cruyff. Memang kala itu ada direktur olahraga, namun peran Cruyff dalam memberi masukan terbukti dengan 12 piala dalam tempo tujuh musim. Sekarang bandingkan raihan era Laporta dengan era Sandro Rosell dan Josep Maria Bartomeu yang kian hari kian minim gelar usai kepergian Josep Guardiola. Saya akui Zubiza adalah pemain yang hebat di eranya. Tapi apakah dirinya memiliki kemampuan dalam menilai kemampuan pemain dan melakukan negosiasi? Jika melihat track record sih sepertinya tidak. Entah kalau pendapat mas Anang.

Tidak usah khawatir dengan kepergian Valdes, Puyol, Xavi dan Cesc. Bukankah kepergian Guardiola di tahun 2001 bisa dikover oleh Philip Cocu, yang kemudian diteruskan oleh Deco, lalu Xavi? Lalu Puyol yang menerima tongkat estafet dari Sergi Barjuan pun tidak memiliki masalah berarti? Yang dibutuhkan saat ini adalah kesempatan bagi para pemain penerus untuk membuktikan diri.

Apakah semudah itu dengan memberi kesempatan kepada pemain untuk membuktikan kapasitasnya? Tidak. Valdes dan Fabregas adalah contoh yang nyata. Dalam sebuah wawancara, Fabregas mengatakan jika kepergian dirinya dan Valdes lebih dikarenakan alasan pribadi, berbeda dengan Xavi dan Puyol yang karena faktor usia dan cedera. Bagaimana Cesc mendapat kritikan karena perbedaan cara bermain seakan menyulitkan dirinya untuk tampil prima dan Valdes yang mendapat caci maki kala kebobolan, sangat mempengaruhi keputusan kedua pemain ini.

Klub sebesar Barcelona memiliki tekanan yang berbeda dibanding klub besar lainnya, menurut saya. Tekanan untuk bermain sempurna dengan cara sendiri, tekanan untuk meraih kemenangan dengan gaya, tekanan untuk menghibur suporter. Sebuah tekanan yang akan muncul karena provokasi media massa, rivalitas dan sistem yang dianut oleh Barcelona sendiri. Tanya saja bagaimana Gerardo Martino “dikunyah” oleh media massa hanya karena bermain efektif dengan serangan balik tanpa memikirkan penguasaan bola pada pertengahan musim lalu.

Kepergian para lulusan La Masia ini kian mengukuhkan jika Barcelona akan sulit berprestasi dengan hanya mengandalkan pemain akademi. Sedikit ngelantur, namun dari sejak awal berdiri, Barcelona tidak bisa lepas dari suku bangsa lainnya, bukan hanya Katalan. Didirikan oleh pria kebangsaan Swiss, dilatih oleh orang Inggris, pemain bintang pertamanya keturunan Filipina, mendapat nyawa permainan dari Belanda yang juga turunan dari Skotlandia. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa chauvinisme yang digandang-gadangkan Sandro Rosell tidak akan berjalan efektif. Globalisasi di dunia sepakbola memaksa klub untuk lebih membuka diri, atau setidaknya mengendurkan peraturan seperti yang dilakukan Athletic Bilbao. Bukankah Guardiola membawa FCB sukses dengan berisikan para pemain dari negara lain?

Don’t take all too hard. Situasi Barcelona ini lebih baik dibawa santai saja. Tidak perlu takut (terkesan phobia malah) dengan kondisi yang ada dan termakan kabar mengenai pembelian beberapa pemain tertentu. Kesetiaan fans telah diuji pada musim lalu dan akan kembali diuji pada musim depan, sebagaimana biasanya diuji kala musim baru menjelang. Kesetiaan yang harusnya membuat humble dan menjadi lebih baik lagi.

Musim 2014/15 malah menjadi semakin mengasyikan, dengan adanya pelatih baru dan pergantian pemain sehingga diharapkan adanya perubahan cara bermain. Bukankah musim baru harus disikapi dengan antusiasme sehingga memunculkan optimisme?

1 comment on “Awalan Baru FC Barcelona

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *